Trilogi monyet monyet centil

424 Shares

Posted by: admin 11 years, 8 months ago

Wajahnya berkeringat deras di depan pintu rumah itusegenggam bunga mawar di balut krisan semakin mengkerucut di dalam genggamannya. Angin malam yang dingin membuat beberapa kelopak bunga berterbangan di teras rumah itu..

'bodoh bodoh.. kenapa aku bisa sampe disini..' di dalam hati dia masih menggerutu hawa apa yang membawa dia sampe di depan rumah itu..sekejap dalam hatinya dia merasakan bahwa seluruh sudut bangunan itu menekannya..memerintahkan dirinya untuk segera pergi dari tempat itu..

keadaan semakin menjadi tidak mendukung karena hujan rintik rintik yang turun semenjak sore itu membuat dirinya seperti pahlawan kesiangan yang salah arah.. dengan baju yang hampir sepenuhnya basah.. dan bulir bulir air hujan terus turun dari rambutnya.. dirinya dengan mudah menemukan alasan untuk tidak meneruskan usahanya malam itu.. 'tidak aku harus berani..''aku harus meminta kejelasan status ku' gumamnya dalam hati..

akhirnya setelah seluruh tenaga nya terkumpul dia mengetuk pintu itu cukup keras..'assalamualaikum..'

'duh kenapa aku mengucap salam, seperti mau menghantarkan undangan pengajian saja' gumamnya dengan gusar..

satu menit berlalu dan tidak terdengar suara dari dalam rumah itusekali lagi dia mengetuk dengan agak keras

'dok dok dok'

'duh ko sepertinya terlalu keras ya.. kesannya seperti akan mengabarkan berita penting saja..'

sekali lagi dia bergumam dalam hati..

kali ini dia merasakan langkah kaki yang berasal dari dalam rumah..seketika dirinya merapikan pakaian dan menyembunyikan bunga yang sudah digenggamnya sedari tadi di balik lingkar pinggangnya.. degup jantungnya mulai tidak beraturan satu teriakan saja dengan sukses akan membuatnya pingsan..

garis-garis cahaya lampu bolam keluar dari celah pintu..tampak seorang gadis membuka daun pintu itu dengan hati-hati..

lelaki itu masih terdiam, sepertinya angin sore itu menelan pita suaranya hingga tidak satupun nada yang keluar dari

mulutnya..

'ah eh..''gadis itupun ikut terdiam karena agak heran dengan tingkah lelaki itu'

mata lelaki itu bersinar.. seolah terlihat bahwa dia menemukan matahari yang menghangatkan ujung2 jari kakinya yang beku di sore itu..

secara spontan dia menekukkan lututnya dan memberikan bunga yang sudah begitu menderita di dalam genggamannya.. dalambeberapa detik yang berharga tersebut berbagai macam hal yang ingin dia sampai kan di hari itu sirna sudah.. dia merasakan bahwa matanya sudah berbicara terlalu banyak..

'selamat malam..'

kata-kata itu terlontar begitu saja dan masih dengan degup jantung yang keras lelaki itu membalikkan badan untuk berlari..

wajahnya memerah..

'guys dia suka dengan bungaku..'

lelaki itu mempercepat langkah kakinya dan hujan di malam itu tidak terasa dingin sama sekali baginya..

end of chapter 1

'Dia tak pernah tahu..

Bagaimana ku menjagamu

Dia tak pernah tahu

Jatuh Bangun ku Mengejarmu'

Jikustik - Dia harus tahu