Potongan cerita pendek - kelas kosong masa SMA yang mengingatkanku pada dirinya
Recent newsCerita ini fiksi belaka, kemiripan dengan kejadian sesungguhnya hanyalah kebetulan, atau dirimu memang ingin membuatnya kebetulan 😅
read more(Comments)
Cerita ini fiksi belaka, kemiripan dengan kejadian sesungguhnya hanyalah kebetulan, atau dirimu memang ingin membuatnya kebetulan 😅
Hari itu aku mendapakan kesempatan untuk berkunjung ke sekolah masa SMA ku. Sekolah ini sekarang sudah jauh lebih tajir karena banyaknya alumni yang sukses dan bersedia menyisihkan 1% dari penghasilan mereka untuk berkontribusi mempercantik sekolah. Aku, yang di masa SMA lumayan tidak dapat dipandang, karena well.. jaman SMA kita memiliki uang saku yang terbatas untuk memaksa orang memandang kita, datang dan reuni ke sekolah
*secuplik kejadian 15 tahun yang lalu
Bel sekolah berbunyi, tanda bahwa pelajaran pada jam 1 siang sudah selesai. Aku segera bergegas ke pintu depan kelas ku. Hanya untuk memandang bidadari itu berjalan keluar dari kelas, tertawa bersama dengan teman2nya. Saat aku senyum senyum melihat pemandangan itu. Tiba tiba mantan pacarku lewat depan muka ku dan bilang, "Hai Jo, ada yang ingin aku omongin dengan dirimu".
Berada di posisi depan kelas yang terbuka, dan tepat dengan eksposure, bahkan sniper pun dapat dengan mudah meng headshot ku. AKu langsung lompat kaget dan bersembunyi di balik pintu".
Sayangnya mantan pacar dapat menyadari bahwa saat dia berusaha menyapaku, dia melihat bahwa aku sedang menatap wajah dari bidadari pujaanku. Dia tiba tiba bilang ke aku "Oh jadi dirimu nda mau ketahuan kalau kamu sedang ngobrol sama aku ya".
Aku langsung membalas "no no, jangan salah paham, nda kok, bukan begitu"
Hari yang aneh, aku harap segera berlalu...
*Kembali ke hari ini
Aku saat ini tepat berdiri di depan pintu itu, kenangan masa lalu yang baru saja terbias di memori ku tiba tiba menjadi tidak relevan lagi karena sekarang pintunya sudah jauh lebih keren. Tapi entah kenapa kenangan itu membuat aku terusik, bahwa banyak hal lucu2 yang terjadi, yang kali ini jarang lagi terjadi. Apakah karena kita berusaha untuk menjadi orang lain, menjadi orang tua yang teladan di mata anak. Menjadi suami yang baik. Atau menjadi karwayan yang yes bos. Entahlah.
Aku melangkah ke ruang kelas dari bidadari ku. Sesuatu yang pada masa lalu biasanya aku tidak berani untuk lakukan.
..... fin
Cerita ini fiksi belaka, kemiripan dengan kejadian sesungguhnya hanyalah kebetulan, atau dirimu memang ingin membuatnya kebetulan 😅
read moreDalam konteks formulir C Plano pada Pilkada, singkatan “KWK” berarti “Kepala Wilayah Kerja”. Formulir C1-KWK Plano adalah catatan hasil penghitungan suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang digunakan dalam Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Formulir ini mencatat secara rinci perolehan suara di setiap TPS dan merupakan bagian penting dalam proses rekapitulasi suara.
read moreThe **Department of Government Efficiency (DOGE)** is a proposed initiative by President-elect Donald Trump, aiming to streamline federal operations and reduce wasteful spending. Announced on November 12, 2024, the department is set to be co-led by tech entrepreneur Elon Musk and former Republican presidential candidate Vivek Ramaswamy.
read moreKyle Singler is a former professional basketball player known for his collegiate success at Duke University and his tenure in the NBA.
read morePete Hegseth is an American television host, author, and Army National Guard officer, recently nominated by President-elect Donald Trump to serve as the United States Secretary of Defense.
read moreAnne Applebaum is a renowned journalist, historian, and author whose works delve into some of the most pressing and complex topics of the modern era. Her expertise lies in examining the intricacies of authoritarian regimes, the rise of populism, and the fragility of democratic institutions. Her Pulitzer Prize-winning book, "Gulag: A History," offers an in-depth exploration of the Soviet labor camp system, shedding light on the human suffering and ideological underpinnings of one of the 20th century’s most oppressive systems.
read morePlexity AI is a marvel of our times—a confluence of technological ingenuity and the boundless hunger for understanding. At its core, Plexity AI represents an advanced synthesis of artificial intelligence and machine learning, built not merely to mimic thought but to empower it. Unlike earlier iterations of AI, which focused on specialized tasks or data crunching, Plexity seems designed to operate as an expansive intellectual partner, capable of untangling the Gordian knots of complexity that define the modern era.
read moreCollaboratively administrate empowered markets via plug-and-play networks. Dynamically procrastinate B2C users after installed base benefits. Dramatically visualize customer directed convergence without
Comments